Kamis, 12 April 2012

Seonggok Makhluk yang Hina


ya inilah seonggok makhluk yang hina,
tidak, tidak, bukan itu
sangat amat hina
iya, iya, itu baru aku.

Seperti hal nya perkataan Taufiq El Hakim dalam cerpennya yang berjudul di Tahun Sejuta Masehi, "orang pada jaman itu, sudah tak mengenali hari kemarin ataupun hari besok, ya, mereka hanya mengenali hari sekarang, sekarang saja, mereka eksis, selalu survive,".
Aku pun punya perkataan sendiri layaknya Taufiq El Hakim, "aku yang sedang berada di jaman ini hanya mengenali hari kemarin, sekarang, dan besok sebagai hari dimana aku hanya bisa berkata bahwa aku adalah seonggok makhluk yang hina"

Di luar, orang-orang memiliki pekerjaan-aktifitas rutin, mempunyai perusahaan, menjadi guru, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Tidak untuk aku, tidak sama sekali, aku hanya menghabiskan, menghitung sisa-sisa umurku dalam kungkungan kehinaan ku, kehinaan yang tanpa ujung, kehinaan yang selalu merayap di tubuhku,di jiwaku bagaikan ledakan bom nuklir yang menghanguskan apa yang ditemuinya, layaknya sang harimau buas yang menerka, mencabik-cabik lalu melahap mangsanya, layaknya aku, aku yang masuk ke dalam semu-semu kehinaan, kepasrahan tiada ujungnya.

aku pergi berkelana, mendatangi seluruh seantero jagad,
aku mendatangi rumah per rumah
dengan membawa bekal sisa-sisa ratapan, harapan hampa dari orang-orang
aku, aku datang kepada mereka,
dan apa yang aku dapat
cercahan, umpatan, hinaan,
menampar wajahku bagaikan peluru yang meluncur dari selongsongnya
tidak, tidak wajahku, karena aku tak punya wajah
karena aku tak punya raga, jiwa, harga diri, ataupun keeksisanku sebagai manusia
tidak, bukan hewan ataupun syetan
sebab neraka pun masih mampu menerima syetan
seindah malaikat Ridwan, selembut malaikat Rahmat
ketika melihat aku pun mereka pasti akan meludahiku
iya, itulah aku

orang lain tertawa, aku meratapi kehinaan yang menggerogot dalam-dalam
orang lain bersenang-senang, aku selalu tenggelam dalam kesunyian
orang lain bahagia, aku hanya terdiam dalam bangsal ratapan
dan ketika orang menangis berduka dalam kubungan kehampaan
ketika itu pun aku ada dan bertahan,
karena aku lah kehinaan
karena aku lah kesedihan
karena aku lah jurang kehampaan
iya itulah aku
Seonggok makhluk yang penuh kehinaan